The Great Wall - Review


Hallo guys!
Kali ini kita akan bahas film yang sudah tayang di bioskop beberapa bulan lalu, The Great Wall.
Film ini termasuk salah satu film yang tidak saya tonton di bioskop karena dulu saya punya ekspektasi rendah pada film ini, tapi ternyata.....


Sekilas tentang The Great Wall
The Great Wall merupakan film action - fantasy dengan latar belakang cerita mitos dari China, khususnya tentang Tembok Besar China. Sinopsis singkatnya, cerita berawal dari beberapa orang tentara bayaran yang mengincar black powder namun mendapat halangan dari seekor makhluk asing. Serangan itu kemudian secara tidak sengaja membawa para tentara bayaran tersebut ke tembok China. Namun mereka malah terlibat dalam pertahanan Tembok Besar China melawan segerombolan makhluk mengerikan.

Film yang disutradarai oleh Yimou Zang ini dimeriahkan oleh aktor domestik seperti Tian Jing, Hanyu Zang, Lu Hang, Kenny Lin dan Eddie Peng. Selain itu, terdapat nama aktor senior china, Andy Lau yang juga mendapatkan peran vital dalam film ini. Terdapat beberapa nama-nama besar aktor Hollywood seperti Matt Damon, Williem Dafoe dan Pedro Pascal.

Kesan menonton
Bagi saya yang tidak mengetahui sinopsis cerita sebelum menonton film ini, The Great Wall cukup memberikan kesan positif mulai dari pembukaan film. Saat cerita dimulai dengan pengejaran sekelompok tentara bayaran oleh bandit di padang pasir (?), saya masih kesulitan menebak akan ke mana plot cerita berjalan. Pada awalnya saya juga tidak mengenali wajah Matt Damon hingga pada saat karakter yang dibawakan Matt, William - tentara bayaran, itu terhenti oleh Tembok Besar.

Tepat pada menit ke 15, film ini terasa sangat menarik. Mulai dari menit ini kita diperkenalkan oleh pasukan penjaga Tembok Besar China yang memiliki seragam yang menurut saya di satu sisi keren, tapi di sisi lain terasa aspek fantasinya. Tetap, bagaimana cara mengenalkan satu persatu divisi setiap pasukan ini sangat menarik perhatian saya.


Terdapat lima divisi dengan lima warna armor yang berbeda di sana. Divisi Hitam, infanteri. Divisi Kuning dan Ungu merupakan pasukan berani mati yang berjaga di permukaan tembok. Divisi Merah adalah pasukan pemanah yang juga bertugas di permukaan tembok. Terakhir pasukan Biru, pasukan khusus wanita disebut juga pasukan berani mati karena betugas di luar tembok, bahkan hingga turun ke bawah dengan dikaitkan tali tambang. CMIIW. Divisi paling badass menurut saya adalah divisi wanita. Terutama saat melihat aksi Commander Ling (Tiang Jin).

Dari semua divisi pasukan terdapat pemimpin pasukan masing-masing. Nah pada saat melihat para pemimpin yang ganteng-ganteng dan cantik saya malah gagal fokus. Bukan karena melting melihat ganteng dan cantiknya, tapi karena mengingatkan saya pada power rangers. (haha!). Di sisi lain, secara sekilas, para pemimpin ini seperti karakter dalam game. Terutama saat melihat betapa perfect-nya penampilan Commander Ling, sekalipun saat bertarung melawan Tao Tie.

Bagian yang tidak kalah menarik adalah setiap action scene yang ditampilkan pada film ini. Perlawanan terhadap Tao Tie, makhluk yang mitosnya tercipta akibat dari keserakahan manusia, terasa sangat intense. Saya jadi teringat berita yang saya baca tentang budget pembuatan film ini, bahwa The Great Wall dinobatkan sebagai film termahal. Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan CGI dan banyaknya orang yang terlibat dalam film ini. Visualnya sangat menarik dan enak untuk dinikmati. Keindahan lain yang diperlihatkan film adalah pada scene pelepasan lampion di atas tembok China. Masih banyak hal-hal yang dapat dinikmati dari film ini, namun sebagian besar dapat saya katakan CGI dan action kolosal film ini lah yang mendominasi keunggulan film, sekelas Hollywood lah.


Terlepas dari semua keunggulan film ini, terdapat beberapa kelemahan-kelamahan yang saya rasakan saat menonton film ini. Salah satunya adalah cerita yang kurang dapat mengimbangi hebatnya visual film ini. Ceritanya sangat predictable, bahkan untuk saya yang tidak mengerti sinopsis awal, saya dapat menebak hampir setiap plot akan berkembang atau berjalan ke mana. Selain itu, ceritanya pun kurang memberikan efek emosional untuk tiap scene yang penting. Saya merasa hambar saat menontonnya, hanya tertarik ketika action scene (itupun menurut saya masih kurang greget).

Aspek lain yang tidak akan saya lewatkan dalam perhatian saya adalah soundtrack scoring. Scoring film ini entah kenapa kurang dapat memberikan kesan yang baik. Saya tidak merasakan emosional film ini juga karena scoringnya terasa hambar. Dibandingkan aspek visual, scoring film ini sangat jauh. Walaupun begitu, terdapat momen yang menggungah ketertarikan saya, yaitu ketika pasukan bersiap dalam formasinya untuk menghadapi Tao Tie. Scene itu adalah scene dengan scoring terbaik pada film ini.

Di luar dari penilaian baik dan buruk, saya sangat suka karakter yang dibawakan oleh Andy Lau, Strategist Wang. Bahkan menurut saya, Wang adalah karakter terbaik pada film ini. Kita tahu juga bahwa Matt Damon membawakan karakter yang penting yang dihadirkan sebagai sosok yang tidak sempurna (dimaksudkan untuk meminimalisir isu whitewashing). Namun karakter Matt Damon di sini kurang menarik simpati saya. Plot pertemanan antara William dengan Tovar (Pedro Pascal) juga tidak terlalu berkesan, walaupun diceritakan meraka merupakan teman dekat.

Ada satu momen yang menurut saya merupakan best moment pada film ini, yaitu ketika Strategist Wang berbicara kepada William (Matt Damon) saat akan menuju ibu kota untuk melawan Tao Tie. Namun di sisi lain, Saya cukup menyayangkan porsi karakter yang dimainkan oleh Andy Lau. Tidak banyak terekspos. Mungkin karena sang sutradara ingin fokus pada aktor-aktor muda dan aktor Hollywoodnya atau memang ceritanya yang kurang dalam, entahlah.

Kesimpulannya, film ini cukup menarik untuk ditonton terutama untuk kalian yang suka film-film kolosal, fantasy dan action. Walaupun tetap ada karakter yang dibawakan oleh aktor Hollywood, Film ini cukup meminimalisir isu whitewashing yang belakangan sangat sensitif dalam dunia perfilman. Tiang Jin sebagai Commander Ling juga terlihat keren di film ini. Overall, Cukuplah buat tontonan ringan.

Kesimpulan rating: 6.0

Komentar

  1. Hampir nonton pas keluar di bioskop. Cuma pas liat ratingnya di IMDB kok ya kurang greget. Alhasil nggak jadi. 😌
    Kebiasaan banget kalau mau nonton mesti liat ratingnya dulu. Kecuali Film2 Marvel kali ya.

    Btw, power rangers serunya di 30 menit terakhir. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya film ini memang kurang 'greget' untuk sebuah film kolosal dengan predikat film termahal.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Attraction (2017) - Review

Kimi No Na Wa (Your Name) - Review